10 Temuan Spesies Baru Asli Indonesia Tahun 2012



Para taksonom terus bekerja mengungkap keanekagaraman hayati Indonesia. Banyak spesies baru asli Indonesia berhasil ditemukan dengan keterlibatan peneliti Indonesia sepanjang 2012. 

Diantara ratusa yang ditemukan, ada 10 spesies menarik yang telah dideskripsikan. Semuanya menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman hayati. Temuan spesies baru ini seharusnya semakin membuka kesadaran akan pelestarian alam.

Apa saja 10 spesies paling menarik asli Indonesia? Berikut uraiannya.


1. Laba laba Bermata Kecil 

Amauropelma matakecil, jenis baru laba-laba yang ditemukan di Bukit Menoreh.

Ilmuwan Indonesia menemukan spesies laba-laba gua eksotis di bukit Menoreh, Jawa Tengah. Penemuan Cahyo Rahmadi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini membuka penemuan spesies baru Indonesia di tahun 2012.

Jenis baru laba-laba ini diberi nama Amauropelma matakecil karena memiliki mata yang mengecil dan menyisakan bintik-bintik putih di bagian kepalanya.

Penemuan laba-laba mata kecil ini adalah hasil kerjasama Cahyo dengan Jeremy Miller dari Naturalis Leiden, Belanda.

Laba-laba ini berwarna putih pucat dan memiliki kaki yang memanjang, berbeda dengan laba-laba dari luar gua. Selama ini, laba-laba gua di Jawa tak banyak diketahui. Spesies laba-laba gua Jawa yang umumnya dikenal adalah Althephus javanensis.

Laba-laba gua yang tergolong dalam famili Ctenidae ini dimasukkan dalam marga Amauropelma. Meski demikian, penempatan dalam marga ini masih perlu dikaji lebih lanjut. Sampai saat ini marga inilah yang paling cocok.

Penemuan laba-laba marga Amauropelma adalah pertama di Jawa sebab umumnya marga Amauropelma ditemukan di Australia. Sejauh ini, marga Amauropelma di Jawa hanya ditemukan di tiga gua kawasan bukit Menoreh, pegunungan karst perbatasan barat DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Amauropelma matakecil merupakan salah satu jenis yang unik, karena dari beberapa kali usaha koleksi dari gua-gua di Menoreh hanya diperoleh spesimen betina. Spesimen jantan yang penting untuk memastikan identitas jenis ini gagal diperoleh setelah tiga kali usaha pencarian.

Ada dugaan bahwa laba-laba gua ini merupakan jenis parthenogetik, atau organisme yang lahir dari telur-telur yang tidak dibuahi. Namun demikian, dugaan ini masih perlu diteliti lebih lanjut.

A. matakecil adalah laba-laba gua paling luar biasa dari Jawa karena ukurannya yang besar, matanya yang mengecil dan kepentingan konservasi.

Tercatat dalam pengukuran spesimen betina yang didapatkan, ukuran karapas laba-laba gua ini 3,4 x 2,2 cm, sementara ukuran abdomen atau perutnya adalah 4,12 x 2,64 cm. Total panjang laba-laba gua ini adalah 7,7 cm.

Sementara, dari sisi biodiversitas, laba-laba ini membuktikan bahwa bukit Menoreh kaya akan keanekaragan hayati yang perlu diungkap. Perhatian pada penelitian eksplorasi spesies di wilayah itu diperlukan.

Wilayah Bukit Menoreh saat ini tengah terancam oleh pembukaan pabrik semen di beberapa wilayah. Dengan sendirinya, hal ini menjadi ancaman juga bagi A. matakecil dan spesies lain yang belum terungkap.

Kebutuhan yang mendesak saat ini adalah perlunya rencana strategis ke depan untuk pengelolaan kawasan karst sehingga dapat diselamatkan dan dimanfaatkan tanpa merusak dan menghilangkan potensi yang ada di dalamnya baik potensi biologi, hidrologi maupun potensi lain yang tidak dapat dinilai dengan uang.

Klasifikasi :
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Famili : Ctenidae
Marga : Amauropelma
Jenis : Amauropelma matakecil Miller & Rahmadi, 2012


2. Tawon Garuda

Tawon monster Garuda yang ditemukan di Sulawesi.


Ahli serangga dari University of California menemukan spesies baru tawon dalam ekspedisi ke Sulawesi. Tawon tersebut dijuluki tawon monster sebab penampakannya yang menakutkan, memiliki mandibula bak ninja dan rahang yang lebih panjang dari kaki depannya.

"Rahang hewan ini begitu besar sehingga menutup bagian samping kepala. Jika rahang terbuka, akan tampak lebih panjang dari kaki depan tawon jantan ini," ungkap ahli serangga Lim Kimsey, seperti dikutip Daily Mail, Kamis (25/8/2011).

Kimsey yang juga kepala Bohart Museum of Entomology mengatakan bahwa ia berencana memberi nama tawon tersebut "garuda", sesuai lambang Indonesia. Ia mengatakan, tawon ini cenderung memilih untuk memakan serangga lain. Namun, jika terancam, tawon ini juga bisa menyerang manusia.
Tawon ini ditemukan di pegunungan Mekongga. Menurut Kim, kawasan Mekongga dan Sulawesi pada umumnya memiliki keanekaragaman yang besar. Ia mengatakan, selama tiga kali perjalanan ke Sulawesi, ratusan spesies mungkin bisa dikatalogkan.

Kimsey mengatakan, di Sulawesi, banyak ditemukan spesies langka dan belum pernah dilihat di belahan dunia lain. Ia berharap penemuan spesies tawon ini bisa menggugah kesadaran warga masyarakat terhadap perlunya melestarikan biodiversitas di kawasan itu.




3. Anggrek Mini

Spesies yang ditemukan ini bernama Dendrobium mucrovaginatum Metusala & J.J.Wood.

Peneliti anggrek dari Kebun Raya Purwodadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Destario Metusala, kembali menemukan spesies baru anggrek.

Spesies yang ditemukan ini bernama Dendrobium mucrovaginatum Metusala & J.J.Wood. Jenis ini dikoleksi oleh tim peneliti Kebun Raya Purwodadi di wilayah Kalimantan Barat pada tahun 2006.

Salah satu keunikan bunga ini adalah ukurannya yang mini. Diameternya hanya kurang lebih 1 cm. Rata-rata anggrek berdiameter 5 cm, kalau yang besar bisa sampai 10 cm.

Karakter unik lain adalah ujung pelepah daunnya yang memiliki tonjolan sempit memanjang berujung runcing. Sifat inilah yang membuat anggrek ini memiliki nama spesies "mucrovaginatum".

Yang juga unik adalah karakter bibir bunganya yang memiliki 3 kalus sejajar permukaannya. Sementara bagian ujung bunganya membelah membentuk dua ruang.

Bagian pangkal kelopak samping dan bibir bunganya termodifikasi membentuk tabung memanjang yang berisi cairan nektar. Diduga, modifikasi ini memungkinkan serangga polinator yang menghisap cairan nektar sekaligus memindahkan pollinia (benang sari) ke stigma (putik), membantu reproduksi bunga.

D. mucrovaginatum mulai disadari merupakan spesies baru setelah tim peneliti dari Kebun Raya Purwodadi menumbuhkan spesimen dari spesies tersebut dan melihat karakteristik bunganya.

Identifikasi dilakukan lebih lanjut dengan melihat lebih detail karakter organ vegetatif dan generatif bunga. Selanjutnya, hasil identifikasi dibandingkan dengan karakter bunga lain yang berkerabat dekat.

Sosok D. mucrovaginatum tumbuh merumpun dan dapat mencapai tinggi 30 cm. Batang bagian atas memiliki diameter 1 mm dan menggembung di bagian pangkal bawahnya sebagai tempat penyimpan cadangan makanan.

Anggrek jenis baru ini berpotensi menghasilkan anggrek hibrida yang berpotensi bisnis. Ada dua karakteristik D. mucrovaginatum yang dinilai bagus, yakni sifat bisa berbunga tanpa mengenal musim serta ukuran bunga yang mini.

Bunga yang mini juga menarik. Kita juga bisa mengembangkan berbagai anggrek mini. Tanaman ini cuma sebesar rumput. Dengan keterbatasan lahan seperti di Jakarta misalnya, kita bisa kembangkan anggrek yang cocok ditumbuhkan di apartemen-apartemen.

Hasil temuan Destario dipublikasikan di jurnal Malesian Orchid Journal Vol. 10 pada bulan Juli 2012, bersama spesies Cleisocentron kinabaluense yang juga ditemukan Destario sebelumnya. Kalimantan diketahui memiliki 1800 nama taksa anggrek. Hampir setiap tahunnya, spesies baru selalu ditemukan di pulau itu.


4. Kelelawar Tanpa Ekor

Kenampakan dorsal (punggung) dan ventral (perut) Thoopterus suhaniae

Pakar kelelawar dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ibnu Maryanto, menemukan spesies baru kelelawar tanpa ekor di Sulawesi yang dinamaiThoopterus suhaniae.

"Kelelawar ini berbeda karena memiliki rahang yang lebih besar, lengan lebih panjang, dan ekornya tidak ada atau mengalami reduksi menjadi rudiment. Punya ekor, tetapi tidak tampak," ungkap Ibnu.

Ciri yang lain, bagian uropatagium (area di antara dua kaki depan) sangat minim bulu. Selain itu, bukaan uretra atau saluran kecil pada penis tak terlalu tampak.

Ibnu mengatakan bahwa semula, Thoopterus suhaniae diduga merupakan spesies Thoopterus nigrescens. Namun, karena ada ciri berbeda pada kelelawar itu, Ibnu dan rekan melakukan penelitian lebih lanjut dan membuktikan bahwa fauna itu memang spesies baru.

Untuk mengonfirmasi bahwa Thoopterus suhaniae merupakan spesies baru, Ibnu dan rekan melakukan analisis pada 102 spesimen yang diambil dari wilayah Sulawesi Tengah, Buton, Sula, Talaud, dan Kepulauan Wowoni.

Ibnu menuturkan, spesies baru ini merupakan persembahan bagi istri rekan kerjanya yang meninggal saat melakukan penelitian di Taman Nasional Lore Lindu tahun 2000 silam.

"Nama suhaniae diambil dari nama istri teman penelitian saya, Mohammad Yani, yang meninggal saat kami penelitian. Nama istrinya Suhaniah, meninggal pada 31 Maret 2000 lalu," ungkap Ibnu.

Thoopterus suhaniae
 merupakan jenis kelelawar ukuran sedang yang memakan buah. Jenis kelelawar ini terdistribusi di daratan 60-2.100 meter di atas permukaan laut. Habitatnya bisa berupa hutan primer, sekunder, maupun kebun kopi. Meski demikian, fauna ini lebih banyak terdapat di hutan primer dataran rendah dan menengah.

Thoopterus suhaniae adalah spesies kedua dari genus Thoopterus yang ditemukan di Sulawesi. Penemuan ini menunjukkan bahwa Sulawesi merupakan hot spot evolusi Pteropodidae.

Pteropodidae merupakan golongan kelelawar yang memiliki mata besar, memakan buah atau bunga, serta tersebar di Afrika, Asia Tenggara, dan Australia. Beberapa spesies kelelawar golongan ini termasuk soliter, mendiami pohon atau gua.

Ibnu menjelaskan, perusakan hutan primer dan perburuan kelelawar di utara dan tengah Sulawesi mengancam populasi kelelawar spesies baru ini. Karenanya, upaya konservasi diperlukan.

Hasil riset ini dipublikasikan di Records of the Western Australian Museum bulan Juni 2012 lalu


5. Katak Rawa "Kekar"


Satu lagi jenis katak baru ditemukan di Indonesia, menandakan bahwa Indonesia kaya akan beragam jenis amfibi. Spesies yang ditemukan kali ini dinamai Hylarana rawa.

Penemuan spesies ini melalui proses panjang. Pada tahun 2007, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan beberapa pihak menginventarisasi biodiversitas Suaka Margasatwa Giam-Siak Kecil. Tujuannya, sebagai acuan pengajuan suaka margasatwa sebagai cagar biosfer.

Dalam proses inventarisasi, peneliti dan teknisi herpetologi LIPI, Ir Mumpuni dan Mulyadi, berhasil mengambil satu spesimen katak yang kemudian dideskripsikan sebagai Hylarana rawa ini.

Jumlah spesimen yang berhasil dikoleksi hanya satu. Spesimen itu kemudian dibawa ke Museum Zoologi Bogor. Identifikasi morfologi saat itu hanya berhasil mengidentifikasi hingga tingkat genus, yakniRana.

Rana sebelumnya adalah marga yang juga menaungi Hylarana. Karena perkembangan taksonomi, maka Rana sekarang terbagi menjadi beberapa marga baru, di mana Hylarana hanya salah satunya.

Identifikasi secara molekuler pada spesimen baru dilakukan Amir Hamidy dari Museum Zoologi Bogor bersama pembimbing S-3-nya di Kyoto University, Masafumi Matsui, pada tahun 2012.

"Dari hasil analisis molekuler dari mitokondria DNA, gen 16S rRNA, bisa diketahui bahwa MZB Amp 14656 (kode spesimen) merupakan jenis baru, dengan perbedaan jarak genetik yang cukup besar 13,9–15,7 persen dari jenis-jenis lain sekerabatnya," urai Amir.

Peneliti juga membandingkan spesimen dengan tiga jenis katak segenus lain, Hylarana baramica,Hylarana laterimaculata, dan Hylarana glandulosa. Ciri-ciri yang membedakan jenis-jenis tersebut diidentifikasi.

"Karena MZB Amp 14656 merupakan spesimen jantan, maka kami berhasil mengidentifikasi salah satu karakter seks sekunder, yaitu memiliki humeral gland (kelenjar di lengan atas) yang sangat besar dibandingkan dengan ukuran badannya," jelas Amir. Kelenjar tersebut membuat lengan katak terkesan kekar.

Selain karakteristik itu, dalam surat elektronik kepada Kompas.com, Senin (27/8/2012), Amir juga mengatakan bahwa Hylarana rawa memiliki selaput kaki yang minimal, tak seperti katak jenis lain.

Tentang nama "rawa" sendiri, Amir mengatakan, nama itu dipilih sesuai habitatnya di rawa. Menurutnya, tak banyak jenis katak yang bisa beradaptasi dan hidup di lingkungan rawa gambut yang asam.

Setelah deskripsi Hylarana rawa sebagai spesies baru, pencarian lagi spesies itu masih perlu dilakukan. Hingga saat ini, informasi biologi seperti populasi dan status konservasinya belum diketahui.

"Jangan sampai penemuan kali ini menjadi yang terakhir ditemukannya Hylarana rawa. Kekhawatiran ini cukup beralasan karena amfibi merupakan hewan yang sangat rentan dengan perubahan lingkungan, termasuk pemanasan global," ungkap Amir.

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Current Herpetology edisi Juni 2012.


6. 4 Spesies Ikan Pelangi


Kerjasama penelitian perikanan antara ilmuwan Indonesia dan Perancis membuahkan hasil yang mengagumkan. Tim peneliti berhasil menemukan empat spesies ikan pelangi baru dari Teluk Arguni, Kaimana, Papua Barat.

Renny K Hadiaty, peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang terlibat riset mengungkapkan, salah satu jenis baru yang ditemukan ialah Melanotaenia arguni atau Rainbow Arguni.

Melanotaenia arguni memiliki warna cokelat muda di bagian dorsal dan putih kelam di bagian bawah tubuhnya. Sementara itu, warna abu-abu memencar indah dari bagian pangkal hingga ujung siripnya.

Spesies lain yang juga ditemukan adalah Melanotaenia urisa atau Pelangi Urisa. Sisik pada bagian atas tubuh ikan ini berwarna cokelat sementara sirip pektoralnya bening. Tubuh ikan ini juga dihiasi delapan baringan strip cokelat.

Spesies tersebut berasal dari aliran dan genangan dangkal air tawar. Volume genangannya dipengaruhi oleh fluktuasi air Danau Sewiki, terletak 6 kilometer tenggara Kampung Urisa, Arguni Bawah.

Jenis yang tak kalah indah adalah Melanotaenia veoliae atau Rainbow Veolia. Salah satu yang khas dari jenis ini adalah adanya noktah merah muda di belakang mata. Ciri lain, sirip serta anal berwarna merah darah disekat warna biru.

Melanotaenia veoliae ditemukan di Sungai Gebiasi, sungai yang terletak 14 kilometer selatan Wanoma, Arguni Bawah. Sungai Gebiasi bersumber dari air karst, pertama mengalir 60 meter, lalu ke bawah tanah dan muncul lagi 200 meter di tubir batu dekat kawasan mangrove setempat.

Jenis terakhir yang ditemukan adalah Melanotaenia wanoma atau Pelangi Wanoma. Jenis ini ditemukan di Sungai Wermura, 16 km selatan wanoma, Arguni Bawah. Bagian atas tubuhnya berwarna kecokelatan, tutup insang berwarna emas, sirip dorsal dan anal serta kuncup sirip berwarna kemerahan.

Habitat Pelangi Wanoma dialiri air kristalin dari barisan pegunungan karst Kaimana. Sungai ini pertama mengalir sejauh 200 meter sebelum menghilang di batuan karst lalu muncul kembali 1 kilometer di kawasan mangrove setempat.

Keempat spesies yang ditemukan kali ini merupakan hasil ekspedisi penelitian Lengguru-Kaimana yang dilakukan pada tahun 2010. Dalam ekspedisi ini, terlibat pula Laurent Pouyaud, peneliti dari Institut de Recherche pour le Dèveloppement (IRD) Perancis.

Selama ekspedisi, tim menggunakan kapal riset Airaha 2 milik Akademi Perikanan Sorong, sedangkan untuk mencapai sumber air tawar, tim menggunakan perahu karet kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki. Tak jarang, tim harus menginap di jalan selama berhari-hari.

Program riset karst di wilayah Lengguru sendiri mengkaji keanekargaman hayati dan relasinya dengan historis evolutif Lengguru. Pendekatan DNA Barcoding digunakan dalam penelitian ini.

Wilayah Lengguru yang terletak antara Kepala Burung Papua dan daratan Niugini penting karena menjadi titik kunci penyebaran grup Melanotaenia. Lengguru muncul ke permukaan 10-11 juta tahun silam diikuti munculnya pegunungan tengah Niugini termasuk pegunungan Jayawijaya sekitar 8 juta tahun lalu.

Selama ini, keanekaragaman jenis ikan di wilayah Lengguru belum banyak terdata. Dengan temuan baru ini, jenis ikan pelangi yang terdata menjadi 23 jenis, yang terbagi dalam dua genus yaitu Melanotaenia dan Pelangia.

Terancam

Kadarusman, peneliti dan dosen Akademi Perikanan Sorong, Papua Barat yang juga terlibat penelitian menuturkan bahwa spesies ikan baru yang ditemukan menghadapi tantangan lingkungan yang besar.

"Berdasarkan deskripsi habitat dari keempat spesies baru tersebut, dapat dikatakan bahwa jenis-jenis menawan di atas sedang terancam, mengingat habitatnya sangat terbatas," urainya dalam surat elektronik kepada Kompas.com, Minggu (22/7/2012).

Jenis Melanotaenia arguni misalnya, menghadapi tantangan karena habitatnya yang mengalami pendangkalan hebat. Hampir semua likukan di Sungai Jasu tempat ikan ini hidup dipenuhi deltas pasir.

Kadarusman pun mengatakan, Melanotaenia arguni juga sangat rentan stres. Saat penelitian, ia menemukan bahwa tubuh ikan ini dipenuhi benjolan putih, kondisi ini mungkin disebabkan oleh kualitas air di habitatnya yang dikelilingi tanaman perkebunan.

Kelangsungan hidup spesies yang baru saja ditemukan ini tergantung pada ketersediaan sumber air dari kawasan karst. Kelangsungan jenis Melanotaenia urisa misalnya, sangat dipengaruhi ketersediaan air bongkahan batu dari pegunungan karst Berari.

Untuk menjaga kelangsungan spesies ini, Kadarusman mengungkapkan perlunya upaya konservasi oleh semua pihak. Sumber daya air di kawasan karst sangat dipengaruhi iklim dan penebangan hutan. Perusakan hutan akan mengganggu kelangsungan ekosistem karst.

Upaya menjaga kelangsungan jenis ikan pelangi bukan tanpa tujuan. Salah satu yang bisa dibayangkan, kelangsungan jenis ikan pelangi akan memberi kesempatan bagi masyarakat setempat untuk menekuni budidaya ikan pelangi sebagai ikan hias.

Gigih Setiawibawa, peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Ikan Hias telah berhasil mendomestikasi puluhan jenis ikan pelangi Papua yang didapatkan sejak ekspedisi tahun 2007 silam. Lebih dari separuh koleksi sudah bisa disebarkan ke masyarakat pembudidaya.

Budidaya ikan pelangi telah dilakukan masyarakat. Namun, masyarakat sebelumnya hanya mengenal jenis M. boesemani asal Danau Ayamaru, Papua Barat dan Glossolepis incisus, asal Sentani, Papua. Penemuan dan pelestarian jenis ikan pelangi akan meningkatkan variasi jenis ikan budidaya.


7. Katak Sebesar Jari



Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, berhasil menemukan dua spesies baru katak. Masing-masing dinamai Leptobrachium ingeri danLeptbrachium kanowitense.
Ukuran dua spesies tersebut terbilang mungil, hanya sebesar jari tangan. L ingeri dan L kanowitense hanya memiliki panjang 3-5 cm dengan ukuran betina lebih besar. Spesies ini termasuk yang terkecil di genusnya.

Kedua spesies tersebut ditemukan lewat penelitian spesies kompleks Leptobrachium nigrops yang tersebar di wilayah Semenanjung Malaya, Singapura, Indonesia (Belitung), dan Borneo (Sarawak, Malaysia). Penelitian dilakukan sebab sebelumnya diketahui bahwa populasi L nigrops di Semenanjung Malaya, Belitung, dan Borneo memiliki keragaman genetik tinggi. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa masing-masing populasi merujuk pada spesies yang berbeda.

Sebanyak 31 spesimen dari Sarawak Research Collections (SRC), Kyoto University, dan Museum Zoology, Bogor, digunakan untuk analisis morfologi. Adapun 23 spesimen dari 10 spesies dari genusLeptbrachium digunakan untuk analisis molekuler. Suara katak dipelajari dengan rekaman.
Riset menemukan bahwa populasi di masing-masing wilayah memang merujuk pada spesies berbeda. L nigrops adalah populasi yang mendiami Singapura. Populasi yang mendiami Belitung dan pantai Sarawak adalah L ingeri, sedangkan yang mendiami daratan Sarawak adalah L kanowitense.
Dalam wawancara dengan Kompas.com lewat surat elektronik, Kamis (26/7/2012), Amir menuturkan bahwa perbedaan antara ketiga spesies bisa dilihat secara genetik setelah dilakukan analisis pada DNA mitokondria dan inti. "Untuk katak, perbedaan antar jenis dengan jarak 3 persen, biasanya sudah dikatakan berbeda. Jarak genetik antara L. nigrops, L. ingeri dan L. kanowitense sangat besar, lebih dari 9 persen," urai Amir.

Secara morfologi ketiga spesies memiliki ciri bentuk ujung jari tangan dan kaki, posisi selaput di kaki, warna tympanum (organ serupa telinga pada katak) serta warna bagian perut yang berbeda. L ingeripunya ujung jari lebih meruncing, sedangkan dua jenis lainnya memanjang. L ingeri juga memilikitympanum hitam dan warna ventral bertotol. Dibanding dua jenis lain, L ingeri memiliki selaput dikaki lebih mengembang (developed).

Sementara itu, L nigrops memiliki ujung jari dan selaput kaki yang kurang berkembang baik. Adapun L kanowitense khas karena memiliki tympanum berwarna cokelat muda dan perut warna putih tanpa totol.
Dari sisi suara, nada suara L nigrops berbeda dari L ingeri note meskipun frekuensinya overlap. Beberapa studi menunjukkan bahwa karakteristik suara jenis katak spesies kompleks memang tak jauh berbeda.

Pembentukan Spesies yang Rumit
Fakta bahwa L nigrops ternyata merupakan tiga spesies yang berbeda menjadikan pemahaman evolusi ketiganya menjadi semakin rumit. Sebelumnya, diketahui bahwa genus Leptobrachium menyebar dari China ke Asia Tenggara dan spesies L nigrops terbentuk.

Kini dengan tiga spesies yang berbeda, spesiasi setidaknya melibatkan dua peristiwa geologis terkait bergabung dan memisahnya Borneo dengan Semenanjung Malaya pada masa Miocene (15 juta tahun lalu) dan Pliocene (5 juta tahun lalu). "L. kanowitense lebih dulu berevolusi menjadi spesies tersendiri," ungkap Amir yang mengatakan bahwa proses spesiasi ini terjadi saat Borneo pertama kali terpisah dengan Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.

Setelah pemisahan ini, karena adanya dinamika ketinggian permukaan laut, Borneo kembali menyatu namun kemudian memisah lagi. Proses ini menyebabkan isolasi habitat yang memicu spesiasi. "Proses terisolasi yang kedua kali inilah yang memisahkan nenek moyang L. ingeri dengan nenek moyang L. nigrops dan masing-masing berevolusi menjadi L. ingeri dan L. nigrops," papar Amir.

Bukti dari proses tersebut bisa dilihat dari penyebaran masing-masing jenis. Saat ini, L ingeri terdistribusi di wilayah pantai Borneo sementara L kanowitense yang ada lebih dulu berada di daratan. Populasi L ingeri saat ini diketahui juga terdapat di Belitung. Karena Pulau Borneo terbentuk lebih dahulu dibanding terbentuknya Belitung, maka diduga L ingeri bermigrasi dari Borneo ke Belitung

Diperkirakan juga, L ingeri bermigrasi hingga Sumatera. Namun, ini benar-benar masih dugaan. Keberadaan spesies itu perlu dibuktikan di wilayah Sumatera, Selat Karimata, dan Kepulauan Natuna. "Kalau misalnya L. ingeri bisa ditemukan di Sumatra, ini akan bisa menguji keabsahan hypothesis ini," kata Amir yang melakukan studi ini sebagai bagian dari disertasinya di Kyoto University, Jepang.

Dua Kali Lipat Lebih Banyak
Terurainya spesies kompleks L nigrops adalah bentuk sumbangsih teknik analisis molekuler dalam taksonomi saat ini. Beragam jenis spesies kompleks yang sulit diidentifikasi secara morfologi kini bisa dijelaskan

Jika teknik molekuler terus dipakai dalam mempelajari katak, Amir mengatakan, "Saya yakin jumlahnya akan menjadi lebih dari dua kali lipat. Memang tidak semua jenis punya spesies kompleks, tapi untuk katak, saya yakin setiap genus pasti punya spesies kompleks."

Pendekatan molekuler dalam taksonomi menjadikan tingginya penemuan spesies baru menjadi tak mengherankan. Vietnam, misalnya, memiliki jumlah amfibi yang meningkat dari 82 spesies menjadi 162 spesies dalam 9 tahun dari tahun 1996 sampai 2005.

Indonesia saat ini memiliki sekitar 303 spesies amfibi. Jumlah kekayaan amfibi Indonesia adalah nomor 8 di dunia, nomor 2 di Asia setelah China serta nomor 1 di kawasan Asia Tenggara. Borneo sendiri punya 150 jenis amfibi.

Borneo sendiri dari genus Leptobrachium saja sudah memiliki dua jenis yang merupakan spesies kompleks, yaitu L abbotti dan L montanum. Kawasan Indochina punya spesies kompleks seperti L smithidan L chapaense.

Dengan kekayaan yang dimiliki, Amir mengatakan bahwa Indonesia seharusnya bisa menjadi pemimpin dalam penelitian biodiversitas di Asia Tenggara. Untuk itu, perlu perhatian pemerintah.


8. Monyet Punah yang DItemukan Kembali


 Ilmuwan yang meneliti hutan hujan tropis di Indonesia menemukan kembali spesies monyet besar dan berwarna abu-abu yang diduga telah punah. Mereka menemukan kembalilangur abu-abu (Presbytis hosei canicrus) yang memiliki wajah hitam dengan bulu-bulu halus di bagian leher yang berwarna abu-abu.

Penemuan itu tak disengaja. Tim sebenarnya sedang memasang kamera jebakan untuk menangkap gambar orangutan, leopard, dan lainnya di hutan Wehea, bagian timur Kalimantan, Juni 2011. Tak disangka, grup monyet yang tak pernah dijumpai sebelumnya muncul.

Penemuan itu menantang tim ilmuwan yang dikepalai oleh Brent Loken dari Simon Fraser University di Kanada. Mereka tak punya foto langur abu-abu. Satu-satunya yang dimiliki adalah sketsa dari museum. "Kami gembira luar biasa mengetahui fakta bahwa ternyata monyet jenis ini masih ada, juga bahwa ini didapati di Wehea," kata Loken seperti dikutip AP, Jumat (20/1/2012).

Langur yang memiliki ciri mata agak tertutup dan hidung serta bibir yang berwarna sedikit pink ini dipercaya tersebar di Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan Thailand. Namun, sebelumnya dinyatakan bahwa jenis ini sudah punah.

Aktivitas pembakaran hutan, konversi lahan, dan pertambangan diduga menjadi sebab jenis ini makin sulit ditemukan. "Bagi saya, penemuan monyet ini adalah representasi betapa banyaknya spesies yang ada di Indonesia," ucap Loken.

"Ada banyak satwa yang ciri khas dan sebarannya sangat sedikit kita ketahui menghilang begitu cepat. Rasanya, banyak jenis satwa ini akan punah dengan cepat," tambah Loken.

Sebagai langkah lanjut dari penemuan ini, ilmuwan akan meneliti lebih jauh jumlah langur abu-abu yang ada di wilayah seluas 38.000 hektar. Sejumlah ilmuwan internasional dan dari Indonesia akan terlibat. "Kita akan coba sebisa mungkin. Namun, ini seperti berpacu melawan waktu," kata Loken.

Pakar primata yang tak tergabung dalam studi ini, Erick Meijaard, menyatakan dukungan terhadap upaya para ilmuwan. "Ini adalah spesies yang penuh teka-teki," katanya.

Meijaard mengungkapkan, langur abu-abu dipercaya merupakan subspesies dari monyet daun Indonesia (Presbytis hosei) yang juga terdapat di wilayah Malaysia di Borneo. Namun, ada dugaan bahwa langur abu-abu adalah spesies yang berbeda.

"Kami berpikir bahwa mungkin ini spesies yang berbeda. Ini menjadikan penemuan di Kalimantan ini jauh lebih penting," kata Meijaard.


9. Dua Jenis Pinang Baru Endemik Biak


Bukan di pedalaman hutan Papua peneliti Charlie D Heatubun menemukan dua tumbuhan pinang jenis baru. Pinang atau palem-paleman Adonidia maturbongsii dan Hydriastele biakensis itu diperoleh di kebun masyarakat di kawasan kota Biak, Papua.

Secara fisik, kedua jenis flora ini beda dengan pinang pada umumnya (Areca catechu) yang digunakan sebagian orang Papua untuk menyirih. Di Papua, terutama daerah pesisir, mengunyah buah pinang dicampur bubuk kapur dan buah sirih sangat jamak. Di tepian jalan hingga sudut permukiman, buah pinang di atas lapak adalah pemandangan sehari-hari.

Sejumlah penelitian menunjukkan, ekstrak buah pinang punya khasiat kesehatan. Menurut penelitian Edy Meiyanto dan kawan-kawan pada Majalah Farmasi Indonesia 2008, aktivitas antiproliferatif (menghambat pembiakan) sel kanker payudara.

Charlie dan rekannya, William J Baker (peneliti Royal Botanic Garden di Inggris), sudah mendaftarkan pada jurnal International Palm Society di Lawrance, Kansas, Amerika Serikat, yang terbit akhir September 2012. Di jurnal itu juga disebutkan, saat mengeksplorasi Supiori di Pulau Numfor, barat laut Biak, mereka menemukan spesies pinang baru lain, Heterospathe porcata.
Temuan ini bukan pertama kalinya bagi Charlie. Setahun lalu, ia memublikasikan temuan 7 spesies pinang baru, Areca bakeri, A churchii, A dransfieldii, A gurita, A mogeana, A triginticollina, dan A riparia,dimuat dalam Journal Phytotaxa pada 14 September 2011.

Terkait temuannya di Biak dan Supiori, Charlie mengatakan, buah Adonidia maturbongsii dapat dikonsumsi. Sementara ukuran pinang Hydriastele biakensis dan Heterospathe porcata terlalu kecil. Apalagi tempurung biji Heterospathe porcata juga terlalu keras untuk diremukkan gigi manusia.

”Untuk burung, biji Heterospathe porcata yang keras adalah ciri khas yang dimakan burung sebagai agen penyebar jenis palem ini,” ungkap pria yang juga Kepala Laboratorium Biologi Kehutanan dan Perlindungan Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua ini di Manokwari, Papua Barat.

Penemuan tiga jenis palem baru ini hasil kombinasi penelitian lapangan, analisis karakter morfologi di herbarium, dan analisis filogenetika molekuler di laboratorium. Tujuan tahapan ini untuk menentukan taksonomi atau sistematika tumbuhan.

”Selain itu, kepentingan pemahaman akan asal-usul dan sebaran tumbuh-tumbuhan di kawasan Malesia,” paparnya kepada Kompas, Selasa (2/10/2012). Kawasan Malesia merupakan wilayah geografi tumbuhan dari perbatasan Thailand dan Malaysia di sisi barat, melalui kepulauan Indonesia sampai ke kepulauan Solomon di Pasifik di sisi timur dan Filipina di sebelah utara, sampai perbatasan dengan Australia di sisi selatan.

Analisis filogenetika, Heterospathe porcata jadi satu-satunya jenis di dalam marga palem Heterospathe yang dijumpai di dataran rendah pada pulau lepas pantai di tanah Papua. Berdasarkan karakter morfologinya, jenis ini punya kekerabatan sangat dekat dengan Heterospathe elegans (Papua Niugini) dan Heterospathe longipes (Fiji).

Sementara Hydriastele biakensis punya kekerabatan sangat dekat dengan Hydriastele palauensis dari Pulau Palau di Samudra Pasifik, yang berjarak 1.000 km dari Pulau Biak.

Menurut Charlie, fungsi ekologis pinang-pinangan secara pasti belum dipahami benar, terutama di hutan alam. Namun, seperti tumbuhan lain, tumbuhan ini berperan menyusun ekosistem hutan serta fungsi-fungsi lain bagi kesuburan dan kestabilan tanah dan air, serta menciptakan iklim mikro. Biji pinang juga sumber makanan mamalia kuskus dan tikus.

Di Biak dan Supiori, di batuan karang berongga dan lapisan tanah tipis, palem-paleman ini beradaptasi baik.

Temuan ini menambah kaya jenis palem-paleman di dunia, mencapai 2.500 jenis. Dari jumlah ini, 500 jenis di Indonesia. Meski banyak, pinang jenis baru itu endemik Biak dan Supiori.

Flora Papua amat melimpah dan belum tergali. Kini, dampak pembangunan mengancamnya.


10. Bambu Baru



Spesies bambu baru ditemukan di Pegunungan Mekongga lewat ekspedisi yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) beberapa waktu lalu.

Bambu tersebut ditemukan oleh Elizabeth A Widjaja, taksonom bambu dari Pusat Penelitian Biologi LIPI.
"Bambunya kecil sekali, tidak punya bulu, tapi punya lapisan lilin. Daunnya juga kecil, hanya 2 cm. Diameter bambunya juga cuma sekitar 2 cm. Bambunya tumbuh merayap," jelas Elizabeth.
Sampai saat ini, bambu spesies baru tersebut belum dinamai. Dalam waktu dekat, nama akan diberikan dan dipublikasikan.

Menurut Elizabeth, spesies bambu baru tersebut hanya salah satu wujud kekayaan bambu Indonesia. Spesies bambu endemik di Tanah Air saja saat ini diketahui sebanyak 160 jenis.

"Banyak spesies bambu belum terungkap. Di tangan saya saja masih ada 20 spesies dan saya yakin bertambah kalau saya jalan lagi," katanya saat ditemui dalam diskusi "Bambu Punya Cerita" yang digelar Yayasan KEHATI di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta, Minggu (25/3/2012).

Spesies bambu yang masih dalam proses identifikasi di antaranya berasal dari wilayah Sulawesi dan Alor.

sumber

[Read More...]


Bilangan Keramat Baru dalam Matematika




Lambang Tau

Matematika kini punya bilangan keramat baru, yakni 6,28. Bilangan keramat ini diperkenalkan oleh Bob Palais pada tahun 2001 sebagai pengganti 3,14 atau Pi yang biasa dikenal dalam perhitungan keliling dan luas lingkaran. Tahun lalu, bilangan keramat baru itu resmi dinamai "Tau" dan tanggal 28 Juni diperingati sebagai "Hari Tau".
Kalau Pi adalah rasio antara keliling lingkaran dan diameternya, 6,28 atau Tau adalah rasio antara keliling lingkaran dan jari-jarinya. Bilangan keramat itu dinilai lebih sakti daripada Pi sehingga dinobatkan sebagai pengganti. Bila bilangan keramat tersebut digunakan, beberapa konsep matematika menjadi lebih sederhana sehingga mudah dimengerti.
Kevin Houston, pendukung Tau dan matematikawan dari University of Leeds, Inggris, menerangkan dalam video di YouTube tentang kelebihan Tau. "Ketika mengukur sudut, matematikawan tidak menggunakan derajat, tetapi radian. Ada 2Pi radian dalam satu lingkaran. Ini berarti seperempat lingkaran setara dengan 1/2Pi. Ini berarti, seperempat setara dengan setengah. Ini gila," katanya.
"Mari kita pakai Tau. Seperempat lingkaran sama dengan seperempat Tau. Seperempat ya setara dengan seperempat. Bukankah ini lebih mudah untuk diingat? Demikian juga, tiga perempat lingkaran juga sama dengan tiga perempat Tau. Hal ini akan mencegah pelajar matematika, fisika dan teknik mengalami kesalahan konyol," terang Houston.
Dalam artikel berjudul "Pi is Wrong" di mana bilangan 6,28 diperkenalkan tahun 2001, Palais mengungkapkan bahwa selama ribuan tahun, manusia telah memfokuskan pada bilangan matematika yang salah. "Peluang untuk menarik pelajar dengan penyederhanaan yang natural dan cantik telah membawa ke latihan yang membingungkan dalam latihan serta dogma," tulis Palais.
Bila ternyata malah membuat bingung, haruskah Pi dihilangkan? Dikutip oleh Life Little Mysteries, Livescience, Rabu (29/6/2011), Houston berkomentar, "Pi tak harus dihilangkan. Saya memang pendukung Tau, tapi bukan anti Pi. Dengan demikian, siapa pun bisa memakai Pi jika mereka melakukan penghitungan yang melibatkan setengah Tau."
Bagi para guru matematika, konsep Tau juga bisa mulai diperkenalkan. Apalagi, berdasarkan penelitian yang dilakukan Palais, terbukti bahwa Tau berhasil meningkatkan kemampuan pelajar dalam mempelajari matematika, terutama dalam konsep geometri dan trigonometri di mana faktor 2Pi lebih sering digunakan.
Tau sendiri dipilih sebagai simbol bilangan keramat baru dalam matematika secara independen oleh fisikawan dan matematikawan penulis "The Tau Manifesto", Michael Hart dan pakar informasi asal Denmark, Harremoës. Tau dipilih karena kemiripannya dengan Pi sehingga cocok dengan ide beralih ke Tau.


[Read More...]


Teka Teki Terbesar Dalam Matematika Ditemukan



Shinichi Mochizuki

Teka-teki terbesar dalam matematika, dinamakan Konjektur ABC, terpecahkan. Shinichi Mochizuki, matematikawan dari Kyoto University, memasukkan 4 makalah ilmiah yang menjelaskan konjektur itu secara online.

Pembuktian konjektur ABC diuraikan Mochizuki dalam 500 halaman. Data format PDF bisa dilihat di situs web milik Mochizuki dengan nama Teichmuller Theory. The Guardian, Rabu (19/9/2012), menyatakan, Mochizuki butuh waktu sekitar 4 tahun untuk memecahkan teori tersebut.

Kalangan matematikawan kini tengah menganalisis uraian Mochizuki untuk bisa dikonfirmasi kebenarannya. Jika terbukti benar, maka pekerjaan Mochizuki akan menjadi pencapaian terbesar dalam matematika di abad ini. Benar tidaknya uraian Mochizuki takkan bisa diketahui dalam waktu cepat.

Konjektur ABC pertama kali diajukan oleh matematikawan asal Inggris, David Masser bersama matematikawan Perancis Josep Oesterle pada tahun 1935. Teori tersebut belum berhasil dibuktikan kebenarannya dalam perhitungan matematika.

Konjektur ABC berkaitan dengan persamaan a+b=c. Konjektur berkaitan dengan bilangan buat a, b dan c yang tidak memiliki pembagi yang sama selain 1. Konjektur juga terkait dengan bilangan prima, bilangan prima lebih dari 1 yang tak memiliki pembagi selain 1 dan bilangan itu sendiri.

Sederhananya, jika ada bilangan prima yang dibagi dengan a atau b beberapa kali maka jumlahnya harus sama dengan jumlah bilangan prima yang dibagi dengan c hanya beberapa kali. Contohnya adalah operasi penjumlahan 81 = 64 = 145.

Bilangan 3 membagi 81 sebanyak empat kali. Sementara 2 membagi 64 sebanyak 6 kali. Namun, 145 sama dengan 5 x 29. Jadi akan didapatkan bahwa bilangan prima terbesar, 5 dan 29, membagi 145 hanya sebanyak 1 kali untuk mendapatkan bilangan yang tak dapat dibagi lagi dengan bilangan itu sendiri

New York Times pada Selasa (17/9/2012) memberitakan bahwa hal yang menarik pada uraian Mochizuki bukan hanya uraian cemerlang itu sendiri, tetapi juga "bahasa" matematika yang digunakan. bahasa yang dipakai benar-benar baru.

"Dia memakai bahasa yang benar-benar baru, Anda bisa mengatakannya, semesta baru dalam objek matematika, untuk mndeskripsikan sesuatu yang tak biasa yang semesta," kata Minhyong Kim, matematikawan dari University of Oxford. 

Mochizuki tidak mendeskripsikan dirinya sebagai matematikawan, tetapi inter-universal geometer. Apakah itu? banyak matematikawan pun belum memahaminya dengan baik. Namun demikian, Michizuki dipercaya sebagai orang yang mumpuni dalam matematika.

Tertarik memahami bagaimana Mochizuki menguraikan misteri terbesar dalam matematika itu? Kunjungi situs web berikut.


sumber
[Read More...]


Bilangan Prima Terbesar Ditemukan




Bilangan prima terbesar berhasil ditemukan. Bilangan tersebut punya jumlah digit 17.425.170. Diketahui, bilangan prima merupakan bilangan yang hanya memiliki dua faktor, yakni satu dan bilangan itu sendiri. 

Bilangan prima terbesar tersebut adalah 2 pangkat 57.885.161 minus satu. Bilangan ini mengalahkan bilangan prima terbesar sebelumnya yang ditemukan tahun 2008, yaitu 2 pangkat 43.112.609 minus 1, sepanjang 12.978.189 digit.

Bilangan prima terbesar kali ini ditemukan oleh matematikawan University of Central Missouri, Curtis Cooper. Bilangan prima ini adalah bilangan prima besar ketiga yang berhasil ditemukan oleh Cooper. 

Penemuan bilangan prima terbesar dilakukan lewat upaya kolektif lewat Great Internet Mersenne Prime Search (GIMPS), misi yang dibantu 360.000 prosesor, mengoperasikan 150 triliun penghitungan per detik. Proses pengecekan lewat komputer dilakukan untuk mengonfirmasi penemuan.

Bilangan prima kali ini juga adalah angka ke-48 yang masuk kelas bilangan prima Mersenne, yaitu bilangan prima yang punya bentuk dua pangkat angka tertentu kemudian dikurangi satu. Bilangan prima kelas ini pertama kali didekripsikan oleh biarawan Perancis, Marin Mersenne, 350 tahun lalu. 

George Woltman, pakar ilmu komputer yang turut memprakarsai proyek GIMPS, mengatakan, pencarian bilangan prima sangat menantang. "Ini sama halnya dengan mendaki puncak Everest," katanya seperti dikutip Livescience, Selasa (5/2/2013).

Woltman mengatakan, penemuan bilangan prima bisa dilakukan dengan cara konvensional, membagi suatu bilangan dengan bilangan yang lebih kecil. Namun, cara itu akan memakan waktu sangat lama. "Jika melakukannya dengan cara itu, butuh waktu lebih lama dari umur semesta," katanya.

Matematikawan kini punya strategi untuk menemukan bilangan prima. Mereka menggunakan rumus tertentu. Cooper yang kali ini berhasil menemukan bilangan prima berhak meraih hadiah sebesar 3.000 dollar AS.


sumber
[Read More...]


Hotel dari Indonesia Terbaik Kedua di Asia



The Samaya, Bali

Seiring perkembangan ekonomi dan meningkatnya wisatawan yang melancong, hotel-hotel di Asia pun menanjak naik. Salah satu hotel di Bali pun berada di posisi kedua sebagai hotel terbaik di Asia. Keren!

Pulau Dewata memang tak pernah sepi pengunjung. Namun bukan berarti industri pariwisata tidak meningkatkan fasilitas bagi para wisatawan. Buktinya hotel The Samaya di Seminyak, Bali mendapat posisi kedua sebagai hotel terbaik di Asia tahun 2013 versi TripAdvisor, seperti ditengok dari situs TripAdvisor, Kamis (28/2/2013).

The Samaya di Seminyak berhasil mencuri hati para tamunya dengan dua hal yang menonjol. Pelayanan di sana sangat khas dengan tradisi Bali yang ramah dan hangat, dipadukan dengan lokasi yang sempurna yaitu di tepi pantai.

Pelayanan yang maksimal memanjakan para tamunya sehingga tak heran jika hotel ini mendapat berderet penghargaan dari tahun 2010 hingga kini. Salah seorang pengunjung pun meninggalkan kesan di TripAdvisor.

"Kami sungguh senang saat pertama kali menjejakkan kaki ke dalam hotel. Kami tidak pernah menginginkan atau membutuhkan apapun. Ruangannya luas, nyaman dan indah, para petugas hotelnya memenuhi setiap permintaan. Momen minum teh saat sore hari jadi salah satu favorit saya selama menginap di sana."

The Samaya tidak sendiri, ada 9 hotel lain yang berderet dalam daftar hotel terbaik di Asia.
Berikut 10 hotel terbaik di Asia versi Trip Advisor 2013:

1. The Upper House, Hong Kong
2. The Samaya Bali, Indonesia
3. Baros Maldives, Maladewa
4. La Residence Phou Vao by Orient-Express, Laos
5. Four Season Hotel Hong Kong, Hong Kong
6. An Lam Ninh Van Bay Villas, Vietnam
7. Veligandu Island Resort, North Ari Atoll
8. Four Seasons Resort Maldives at Kuda Huraa, North Male Atoll
9. The Oberoi Udaivilas, India
10. Casa del Mar, Malaysia


sumber
[Read More...]


Baumgartner, Terjun Melebihi Kecepatan Suara



Felix Baumgartner sesaat setelah pendaratan. Ia berhasil terjun dari ketinggian 39,044 km dengan kecepatan melampaui kecepatan suara.

Setelah sempat ditunda dua kali, misi skydiver asal Austria, Felix Baumgartner, untuk memecahkan rekor skydivingdari titik tertinggi akhirnya sukses. Minggu (14/10/2012) waktu Amerika Serikat, pria itu berhasil terjun dan mendarat dengan selamat.

Felix Baumgartner merencanakan misi setidaknya sejak 5 tahun lalu. Dengan keberhasilannya kali ini, dia memecahkan tiga rekor sekaligus. Pertama, menjadi penerjun pertama yang bisa terjun melebihi kecepatan suara dan tanpa bantuan apa pun.

Baumgartner juga berhasil memecahkan rekor sebagai penerjun dengan titik terjun tertinggi. Laporan terakhir AP, Minggu, ketinggian yang berhasil dicapai 39,044 km. Pada rekor sebelumnya, kolonel US Air Force, Joe Kittinger, terjun dari ketinggian 31,2 km.

Penerjunan Baumgartner tak lepas dari drama. Setelah perencanaan penerjunan sempat ditunda karena faktor angin yang kurang mendukung, proses penerjunan pun menjadi detik-detik menegangkan.

Minggu sekitar pukul 22.30 WIB, Baumgartner memulai misi dengan naik menuju ketinggian terjun. Ia naik bersama kapsul yang telah diatur tekanannya, yang diangkat dengan balon helium. Serangkaian peralatan seperti GPS, pembaca kecepatan, pelindung pemanas, dan kamera tersemat di pakaian khususnya.

Satu jam setelah terangkat naik, Baumgartner sampai pada ketinggian 19,2 km di atas permukaan laut. Kittinger yang juga menjadi anggota tim persiapan penerjunan ini mengatakan, "Semua dalam keadaan lampu hijau. Baik-baik saja."

Ada masalah yang sempat dihadapi saat penerjunan. Diwartakan BBC, Baumgartner seharusnya mulai terjun dalam posisi segitiga dengan kepala di bawah. Namun, video yang merekam penerjunan menunjukkan posisi terjun sempat tak tepat. 

Akibatnya, tubuh Baumgartner sempat tampak berputar-putar. Jika ini berlanjut, kerusakan pada mata, otak, dan sistem kardiovaskular tak terhindari. Untunglah, dengan pengalaman 2.500 skydiving, Baumgartner berhasil menstabilkan posisinya.

Sebelum drama itu pun misi sempat akan dibatalkan. Bagian pelindung yang berfungsi memanaskan gagal bekerja. Akibatnya, ketika Baumgartner mengembuskan napas, pelindung ini berkabut.

"Ini sangat serius, Joe," kata Baumgartner kepada Kittinger seperti dikutip BBC, Minggu. Meskipun demikian, kendala yang dihadapi bisa diselesaikan. Kittinger meyakinkan Baumgartner bahwa malaikat akan menjaganya.

Detik-detik menegangkan berakhir ketika proses penerjunan akhirnya lancar. Baumgartner terjun lebih cepat dari perkiraan, yakni selama 9 menit 3 detik. Sekitar 4 menit 44 detik dari penerjunan merupakan gerakan jatuh bebas, sementara setelahnya adalah penerjunan dengan parasut.

Sesaat setelah pendaratan di gurun wilayah New Mexico, ia mengangkat tangan sebagai tanda kemenangan. Kolega, ibu, dan pengendali misi pun menyambut riang keberhasilan itu. Baumgartner pun segera diangkut dengan helikopter untuk merayakan kemenangan.

Dengan keberhasilan ini, sejumlah risiko telah ditaklukkan Baumgartner. Jika saat keluar dari kapsul pakaian khusus rusak, Baumgartner berisiko mengalami gejala ebullism alias darah mendidih. Terkait dengan posisi penerjunan, ia berisiko mengalami kerusakan organ.

Satu kalimat bermakna yang diungkapkan Baumgartner ialah, "Kadang kita harus berada di tempat yang sangat tinggi untuk melihat betapa kecilnya diri kita."

Secara kebetulan, keberhasilan Baumgartner menjadi manusia pertama yang terjun melampaui kecepatan suara tanpa alat bantu ini bertepatan dengan peringatan 65 tahun tes pilot Amerika Serikat, Chuck Yeager, yang berhasil terbang dengan pesawat melebihi kecepatan suara.



sumber
[Read More...]


50 Restoran terbaik Asia




Ajang penghargaan Asia's 50 Best Restaurants telah memilih 50 restoran terbaik di Asia. Jumlah restoran didominasi restoran dari China disusul Jepang dan Singapura. 

Penghargaan tertinggi untuk chef dan usaha restoran di kawasan Asia berlangsung di Sands Ballroom, Marina Bay Sanda, Singapura. Hadir dalam ajang penghargaan yang baru pertama kali digelar, sejumlah chef ternama di Asia dan juga para pelaku bisnis restoran.

Sebelumnya dewan juri melakukan seleksi dan penilaian ketat. Dewan juri terdiri dari Mason Florence (kawasan Asia Tenggara bagian Utara: Burma, Kamboja, Laos, Thailand dan Vietnam), Liesa Tyler (kawasan Asia Tenggara bagian Selatan: Indonesia, Brunei, Tomor Timur, Malaysia, Microkesia, Nauru, Singapura dan Filipina.

Sedangkan Yumiko Inukai (kawasan Jepang), Grant Tracher (kawasan Hongkong, Macau, Taiwan), Boris Yu (kawasan China Korea utara dan selatan) dan Rashmi uday Singh ( India, Central Asia, Subcontinent, Bangladesh, Bhutan, India, maldives, Nepal, Pakistan, Srilanka).


Indenesia yang diwakili oleh Mosaic of Bali, sebuah restoran di Ubud yang dikelola oleh chef Chris Salans berada pada urutan ke 50. Sementara Narisawa, yang ada di Tokyo Jepang selain meraih peringkat pertama juga dinobatkan sebagai restoran terbaik di Jepang.


Inilah 50 restoran terbaik di Asia tahun 2013:

1. Narisawa, Tokyo, Japan
2. Nihonryori Ryugin, Tokyo, Japan
3. Nahm, Bangkok, Thailand
4. Amber, Hong Kong, China
5. Restaurant Andre, Singapore
6. 8 ½ Otto e Mezzo Bombana, Hong Kong, China
7. Mr & Mrs Bund, Shanghai, China
8. Ultra Violet, Shanghai, China
9. Iggy’s, Singapore
10. Gaggan, Bangkok, Thailand
11. Waku Ghin, Singapore
12. Caprice, Hong Kong, China
13. Lung King Heen, Hong Kong, China
14. Les Amis, Singapore
15. Bo Innovation, Hong Kong China
16. Quintessence, Tokyo, Japan
17. Dum Pukht, New Delhi, India
18. The Chairman, Hong Kong, China
19. Eat Me, Bangkok, Thailand
20. Wasabi By Morimoto, Mumbai, India
21. Hajime Restaurant, Osaka, Japan
22. Jaan, Singapore
23. L’atelier De Joel Robuchon, Hong Kong, China
24. L’atelier De Joel Robuchon, Singapore
25. 28 Hubin Road, Hangzhou, China
26. Bukhara, New Delhi, India
27. Sushi Mizutani, Tokyo, Japan
28. Indigo, Mumbai, India
29. Sra Bua By Kiin Kiin, Bangkok, Thailand
30. Varq, New Delhi, India
31. Aronia De Takazawa, Tokyo, Japan
32. Shinji by Kanesaka, Singapore
33. Kahala, Osaka, Japan
34. Franck Bistro, Shanghai, China
35. Osteria Mozza, Singapore
36. Bo Lan, Bangkok, Thailand
37. Robuchon Au Dome, Macau, China
38. Nihonbashi, Colombo, Sri Lanka
39. Sushi Saito, Tokyo, Japan
40. FU1015, Shanghai, China
41. Indian Accent, New Dehli, India
42. Ishikawa, Tokyo, Japan
43. Gunther’s, Singapore
44. Karavalli, Bangalore, India
45. Jade on 36, Shanghai, China
46. Yardbird, Hong Kong, China
47. Don’s, Hanoi, Vietnam
48. Fook Lam Moon, Hong Kong China
49. Imperial Treasure, Singapore
50. Mozaic, Bali, Indonesia


sumber
[Read More...]


Daftar Pemenang Oscar 2013




Berikut adalah daftar pemenang penghargaan Academy Awards 2013

Film Terbaik - "Argo"
Aktor Utama - Daniel Day Lewis, "Lincoln"
Aktris Utama - Jennifer Lawrence, "Silver Linings Playbook"
Sutradara Terbaik - Ang Lee, "Life of Pi"
Aktor Pendukung - Christoph Waltz, "Django Unchained" (The Weinstein Company)
Aktris Pendukung - Anne Hathaway, "Les Miserables" (Universal)
Film Berbahasa Asing  - "Amour," Michael Haneke (Austria)
Film Pendek Animasi - "Paperman," John Kahrs
Film Animasi - "Brave," Mark Andrews dan Brenda Chapman
Sinematografi - "Life of Pi," Claudio Miranda
Penyuntingan - "Argo," William Goldenberg
Efek Khusus  - "Life of Pi," Bill Westenhofer, Guillaume Rocheron, Erik-Jan De Boer dan Donald R. Elliott
Desain Kostum -  "Anna Karenina," Jacqueline Durran
Tata Rias dan Rambut -   "Les Miserables," Lisa Wescott dan Julie Dartnell
Film Pendek  - "Curfew," Shawn Christensen 
Film Dokumenter Pendek -  "Inocente," Sean Fine dan Andrea Nix Fine
Film Dokumenter - "Searching Sugar Man," Malik Bendjelloul dan Simon Chinn
Sound Mixing - "Les Miserables," Andy Nelson, Mark Paterson dan Simon Hayes
Penyuntingan Suara - "Zero Dark Thirty," (Paul N.J. Ottossondan"Skyfall" (Per Hallberg dan Karen Baker Landers) (seri)
Musik Orisinil - "Life of Pi," Mychael Danna
Lagu Orisinil - "Skyfall," Adele Adkins, Paul Epworth
Naskah Adaptasi - "Argo," Chris Terrio 
Naskah Asli - "Django Unchained," Quentin Tarantino
[Read More...]


Popular Posts

 

Categories

Recent Comments

Stay Connected

About Me

Popular Posts

Return to top of page Copyright © 2010 | Platinum Theme Converted into Blogger Template by HackTutors